Senin, 31 Oktober 2011

ASKEP ORAL HYGIENE

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan gerbang masuknya penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).
Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen, 1996).
Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa memberikan perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan lendir dan terbentuknya kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau kebersihan rongga mulutnya kurang. (Wolf, 1994).
            Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat tejadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-yahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua, praktek hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang berhubunga dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, ketikmampuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan perawatan mulut yang buruk.
            Efek pada ketidakcukupan perawatan meliputi karies dan kehilangan gigi, penyakit periodontal, permulaan infeksi sistemik, dan efek jangka panjang pada harga diri, kemampuan untuk makan, dan pemeliharaan hubungan(Danielson,1988). Pengkajian tingkat perkembangan klien membantu dalam menetukan tipe masalah hygiene yang di harapkan.
B.   TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
§  Untuk memnuhi tugas mata kuliah PKKDM
§  Untuk mengetahui cara perawatan oral hygiene pada klien baik yang sadar maupun yang tidak sadar.
§  Untuk menambah pengetahuan dalam mengenal masalah mulut yang umum.
§  Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang menyangkut masalah oral hygiene
§  keperawatan yang menyangkut masalah oral hygiene yang umum.lah hygiene yang di harapkan. efek jangka panjang pada harga diri,Untuk mengetahui pengkajian apa saja yang menyangkut oral hygiene.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGKAJIAN
Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir, gigi, mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umumdari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organism seperti  Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae, dan Hominisvirus herpes. Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hali ini berfungsi sebagai dasar untu perawatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.

Data objektif
§  Klien mengatakan Xerostoma (mulut kering)
§  Klien menyatakan Ketidaknyamanan mulut
§  Klien menyatakan Saliva kental
§  Klien menyatakan Penurunan produksi saliva
§  Klien menyatakan Bibir imflamasi
§  Klien menyatakan Lidah kering dan pecah
Data subjektif
§  Mulut klien berbau
§  Klien memperlihatkan pada mulut banyak plak
§  Klien kelihatan sulit untuk bicara
§  Klien mengatakan nafsu makan berkurang
B.     DIAGNOSA
            Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan actual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnose keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan kien untuk bantuan perawatan mulut karena divisit perawatan diri. Identifikasi diagnose yang akurat memerlukan seleksi factor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien.
            Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya kan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat penempatan selang endotrakea.

Contoh Diagnose Keperawatan Nanda Untuk Masalah Hygiene
Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan :
§  Trauma oral
§  Asupan cairan yang terbatas
§  Hygiene mulut yang tidak efektif
§  Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi radiasi pada kepala dan leher.
Nyeri yang berhubungan dengan :
§  Gingivitis
§  Kehilangan gigi
           Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :
§  Gigi palsu yang tidak pas
§  Gingivitis
Devisit perawatan diri mandi/hygiene oral yang berhubungan dengan :
§  Perubahan tingkat kesadaran
§  Kelemahan ektremitas atas
Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan :
§  Halitosis
§  Ketidakadaan gigi
Kurang pengetahuan tentang hygiene oral yang berhubungan dengan :
§  Kesalahpahaman praktek hygiene
Resiko infeksi yang berhubungan dengan :
§  Trauma mukosa oral
C.    INTEVENSI
1.      Tujuan
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al (1997), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk :
(1) menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut,
(2) mencegah terjadinya infeksi rongga mulut dan
(3) melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.
      Sedangkan menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk :
(1) mencegah penyakit gigi dan mulut,
(2) mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut,
(3) mempertinggi daya tahan tubuh, dan
(4) memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.
Secara umum dapat di simpulkan tujuan dari hygiens mulut meliputi :
§  Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik
§  Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar
§  Klien akan memahami praktek hygiene mulut
§  Klien akan mencapai rasa nyaman.

2.      Hasil yang Di harapkan
            Mukosa mulut dan lidah terlihat merah muda, lembab, utuh. Gusi basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah berwarna merah muda dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan pharynx tetab bersih.
            Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada. Dan gigi bebas dari partikel makanan. Dan diharapkan klien secara verbal menyatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut. Sehingga klien akan menelan dan berbicara lebih nyaman.

3.      Persiapan Alat
Adapun persiapan alat yang di gunakan dalam oral hygiene adalah :
1.      Pencuci mulut atau larutan antiseptik
2.      Spatel lidah dengan bantalan/spons
3.      Handuk wajah, handuk kertas
4.      Baskom
5.      Gelas air dengan air dingin
6.      Jeli larut air
7.      Spuit ber-bulb kecil (opsional)
8.      Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat pengisap
9.      Sarung tangan sekali pakai.

4.      Persiapan Pasien
Persiapan pasien :
·         Memberitahukan pada pasien tindakan yang akan di lakukan
·         Menjelaskan prosedur yang akan di lakukan




5.      Prosedur dan Rasional
Melakukan intervensi perawatan mulut untuk pasien yang tidak sadar atau lemah
Langkah
Rasional
1. Kaji adanya refleks muntah. Posisikan klien dalam posisi Sims atau miring dengan kepala diputar kea rah sisi yang terkena.
Menunjukkan klien beresiko aspirasi. Membuat sekresi mengalir dari mulut daripada menumpuk dibelakang faring dan mencegah aspirasi.
2. Jelaskan prosedur kepada klien.
Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar.
3. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan;
a. larutan anti infeksi
b. sikat gigi spon atau spatel lidah dibungkus kasa tunggal;sikat gigi kecil
c. spatel lidah berbantalan
d. handuk wajah
e. mangkok piala ginjal
f. handuk kertas
g. gelas air dengan air dingin
h. jeli larut air
i. mesin pengisap portable dengan kateter suksion
j. sarung tangan sekali pakai
    

                                                                              
Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai anti infeksi.
Sikat membersihkan gigi dengan efektif. Spon atau swab menstimulasi dan membersihkan gigi dan mukosa.
Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur mulut.


Melubrikasi bibir
Mengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama membersihkan rongga mulut.,
Rongga mulut berisi mikroorganisme penginfeksi yang tinggi.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai.
Mengurangi transmisi perpindahan mikroorganisme.
5. Letakkan handuk kertas di atas meja tempat tidur dan atur peralatan. Hidupkan mesin pengisap dan hubungkan selang ke kateter pengisap.
Mencegah atas meja menjadi kotor. Peralatan yang dipersiapkan sebelumnya memastikan prosedur lancar dan aman.
6. Tarik tirai sekitar tempat tidur atau tutup pintu ruangan.
Memberikan privasi
7. Tinggikan tempat tidur pada tingkat horizontal tertinggi;turunkan pagar tempat tidur.
Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera pada perawat dank lien.
8. Pindahkan klien mendekati sisi tempat tidur dank e dekat perawat;pastikan kepala klien diputar ke arah matras.
Pengaturann posisi kepala yang sesuai mencegah aspirasi.
9. Letakkan handuk di bawah wajah klien dan mangkok piala ginjal di bawah dagu.
Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor.
10. Secara hati-hati retraksi gigi bagian atas dan bawah klien dengan spatel lidah yang berbantalan dengan memasukkan spatel dengan cepat tetapi lembut diantara geraham belakang. Masukkan saat klien rileks.
Mencegah klien dari menggigit jari dan menyediakan kemudahan ke rongga mulut.
11. Bersihkan mulut dengan menggunakan sikat atau spatel lidah yang dilembabkan dengan anti infeksi dan air. Minta perawat kedua mengisap sekresi yang mengumpul selama pembersihan. Bersihkan permukaan mengunyah dan bagian dalam pertama kali. Bersihkan permukaan luar gigi. Usapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara lembut usap atau sikat lidah tetapi hindari menstimulasi reflex muntah(jika ada). Lembabkan lidi kapas yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas beberapa kali, isap semua sekresi yang tersisa.

Tindakan penggosokkan mengangkat partikel makanan diantara gigi dan sepanjang permukaan pengunyahan. Pengusapan membantu pengangkatan sekresi dan enkrustasi dari mukosa dan melembabkan mukosa. Suksion mengangkat sekresi dan cairan yang berkumpul pada faring posterior. Pengulangan pembilasan mengangkat kotoran yang terlepas dan peroksida yang mengiritasi mukosa.
12. Berikan jeli larut air pada bibir.
Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan retak.
13. Jelaskan bahwa prosedur telah selesai
Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien yang tidak sadar atau kurang responsive.
14 .Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada tempat yang sesuai.
Mencegah transmisi muikroorganisme.
15. Atur kembali posisi klien yang nyaman, naikkan penghalang tempat tidur, dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula.
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
16. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempatnya yang sesuai. Letakkan linen kotor ke dalam tempat yang sesuai.
Pembuangan peralatan kotor yang tepat mencegah tranmisi infeksi.
17. Cuci tangan.
Mengurangi tranmisi mikroorganisme.
18. Inspeksi rongga mulut.
Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat inflamasi atau lesi dibawahnya.
19. Catat prosedur, termasuk observasi yang berhubungan (mis. Perdarahan gusi, mukosa kering, ulserasi, atau krusta pada lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak umum kepada perawat penanggung jawab atau dokter.
Mencatat respons klien terhadap terapi keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan masalah sistemik yang lebih serius. Lesi rongga mulut mungkin menjadi kanker.

            Melakukan intervensi perawatan mulut pada klien yang menggunakan gigi palsu
Langkah
Rasional
1. Tanyakan klien apakah gigi palsunya tidak pas dan apakah ada gilisah atau membrane mukosa yang nyeri atau iritasi. Setelah gigi palsu dilepas, inspeksi rongga mulut dan permukaan gigi palsu.
Gigi palsu yang tidak pas bergesekan dengan gusi, dan membrane mukosa. Daerah iritasi mungkin memerlukan perawatan khusus.
2. Jelaskan prosedur dan pastikan klien bahwa akan menggunakan praktik pilihan pribadi(jika sesuai).
Meningkatkan pemahaman dan kerjasama klien.
3. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan :
a. Sikat gigi berbulu lembut
b. Sikat gigi untuk gigi palsu
c. Mangkok piala ginjal atau westafel
d. Detrifikasi gigi palsu atau  pasta gigi
e. Gelas air (untuk air hangat dan dingin)
f. Kasa tunggal 4x4
g. Waslap
h. Cangkir plastic gigi palsu
i. Sarung tangan sekali pakai


Digunakan untuk menggosok gusi dan lidah.



Digunakan untuk mengangkat gigi palsu.



Mencegah kontak dengan mikroorganisme di dalam saliva.
4. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
5. Atur bahan-bahan di meja tempat tidur atau dekat wastafel.
Menjamin prosedur lancar dan terorganisir.
6. Isi mangkok piala ginjal setengah penuh dengan air biasa atau letakkan waslap pada wastafel dan nyalakan air sampai terisi kurang lebih 2,5 cm.
Membantu mendistribusi dentrifikasi di atas permukaan gigi palsu. Kain melindungi gigi palsu menjadi patah. Air panas menyebabkan gigi palsu menjadi melengkung atau lunak.

7. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
Mengurangi transmisi infeksi.
8. Minta klien untuk melepas gigi palsu dan letakkan gigi pada mangkok piala ginjal. Jika klien tidak mampu melepas gigi palsu, pegang piringan bagian atas di depan dengan ibu jari dan jari telunjuk yang di bungkus dengan kassa. Gunakan tarikan yang mantap dan ke arah bawah. Secara lembut angkat gigi palsu sebelah bawah dari dagu dan rotasikan ke satu sisi arah bawah untuk mengeluarkan dari mulut. Letakkan gigi palsu mangkok.
Kassa mencegah tergelincir secara tidak sengaja saat menangani gigi palsu. Permutaran gigi palsu pada sudut mengurangi penarikan bibir selama pelepasan gigi.
9. Gunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gerakan kebelakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan penggigit. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit gigi untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar. Pegang sikat secara vertical dan gunakan gosokan pendek untuk membersihkan permukaan dalam gigi. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan bawah gigi palsu.
Mencegah makanan dan bakteri yang menumpuk pada permukaan gigi palsu dan mencegah baud an terbentuknya noda. Memegang gigi palsu dekat dengan air mengurangi peluangretak karena air akan mencegah keluar jika gigi palsu tergelincir.
10. bilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa.
Air hangat bercampur dan membilas dentrifikasi lebih efektif dari pada air dingin.
11. kembalikan gigi palsu pada pasien atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir plastic.
Penyimpanan melindungi gigi palsu tetap lembab untuk memudahkan saat pemasukan. Gigi palsu plastic menjadi rapuh dan melengkung jika tidak dipertahankan untuk tetap lembab.
12. kosongkan mangkok piala ginjal dan tambahkan air dingin yang segar. Berikan pasta gigi pada sikat gigi lembut, dan sikat gusi dan langit-langit, dan lidah dengan lembut.
Membantu menstimulasi sirkulasi gusi dan mengangkat sisa-sisa lapisan kotoran gusi dan mukosa.
13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti.
Berkumur mengangkat semua partikel makanan dan sekresi.
14. masukkan kembali gigi palsu jika klien menginginkan, ayau biarkan klien melakukan sendiri. Mulai dengan lembut memasukkan gigi palsu sebelah atas yang lembab. Minta klien untuk menggunakan jari untuk menekan gigi palsu melekat pada tempatnya, dan kemudian masukkan gigi palsu sebelah bawah yang lembab.
Bagian terbesar dari gigi palsu sebelah atas lebih mudah untuk dimasukkan pertama kali jika klien mempunyai poringan sebelah atas dan bawah. Pelembaban melubrikasikan gigi palsu agar mempermudah insersi. Penggunaan tekanan yang lembut pada gigi palsu sebelah atas memperkuatnya menempel pada langit-langit.
15. Buang sarung tangan pada tempat yang sesuai dan simpan bahan-bahan. Cuci tangan.
Mengontrol penyebaran infeksi.
16. Tanya klien jika gigi palsu terasa nyaman atau tidak.
Pembersihan mengangkat sumber iritasi.
17. Catat prosedur pada flowsheet atau catatan perawat.
Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu mempertahankan keakuratan catatan klien.


Contoh Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Membrane Mukosa Mulut
Diagnosa Keperawatan : Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan radiasi rongga mulut.
Defenisi : perubahan membrane mukosa mulut adalah keadaan individu mengalami gangguan pada lapisan rongga mulut.
Tujuan
Hasil yang diharapkan
Intervensi
Rasional
Klien akan memiliki mukosa utuh yang terhidrasi baik pada waktu pulang.
Mukosa, lidah, dan bibir akan menjadi merah muda, lembab, dan utuh.
Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada.
Gigi bebas dari partikel makanan.
Klien secara verbal mengatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut.
Klien akan menelan dan berbicara dengan nyaman.
Membangun aturan perawatan-mulut setelah makan dan waktu tidur.
▪ menggosok dengan sikat gigi yang lembut menggunakan gerakan horizontal.
▪ bilas dengan garam atau larutan baking soda (1/2 sendok teh dengan 473 ml air)
Flossing dengan flos gigi yang tidak berlilin dua kali sehari. Hindari flossing  dengan keras dekat garis gusi.

Menggosok yang konsisten meningkatkan jaringan gusi, mengurangi kotoran, dan menghasilakan pengontrolan plak. Sikat gigi yang lembut dengan gerakan horizontal membantu jaringan gusi yang lembut dan mencegah perdarahan.
Membilas melarutkan keasaman mulut, mengangkat debris; dan membantu mengurangi mulut yang kering yang terjadi pada terapi untuk mengurangi produksi saliva.

Klien akan melakukan secara mandiri hygiene oral dengan benar.
Teknik hygiene mulut akan didemontrsi dengan tepat.
Minta klien untuk melakukan hygiene mulut.
Larutan soda dan garam meningkatkan penyembuhan dan membantu pembentukan jaringan granulasi. Mereka bertindak sebagai penyegar dan menekan pertumbuahn bakteri.
Flossing sistemik mengurangi produksi pertumbuhan bakteri yang hancur pada permukaan gigi dan dekat garis gusi. Menggunakan flossing yang tidak berlilin dan menghindari flossing yang keras, untuk mencegah perdarahan.

D.    IMPLEMENTASI
Hygiene Mulut
            Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari.
Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kedupan manis diantara makanan. Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak.
Gosok gigi
            Gosok gigi dengan teliti sedikitnya empat kali sehari (setelah makan dan waktu tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Sikat gigi harus mempunyai pegangan yang lurus, dan bulunya harus cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan.
Penggunaan Fluorida
            Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri dari fluoride. Rosier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi.
Flossing
            Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss  gigi, satu per satu.
Hygiene Mulut Khusus
            Beberapa klien memerlukan metode hygiene mulut yang khusus karena tingkat ketergantungan mereka pada perawat atu ada kelainan mukosa mulut. Klien yang tidak sadar. Lebih rentan terkena kekeringan sekresi air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan, atau minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
Melakukan Implementasi Perawatan mulut untuk klien yang tidak sadar
Langkah
Rasional
1. Mengkaji adanya refleks muntah. Memposisikan  klien dalam posisi Sims atau miring dengan kepala diputar kea rah sisi yang terkena.
Menunjukkan klien beresiko aspirasi. Membuat sekresi mengalir dari mulut daripada menumpuk dibelakang faring dan mencegah aspirasi.
2. Menjelaskan prosedur kepada klien.
Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar.
3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan;
a. larutan anti infeksi
b. sikat gigi spon atau spatel lidah dibungkus kasa tunggal;sikat gigi kecil
c. spatel lidah berbantalan
d. handuk wajah
e. mangkok piala ginjal
f. handuk kertas
g. gelas air dengan air dingin
h. jeli larut air
i. mesin pengisap portable dengan kateter suksion
j. sarung tangan sekali pakai
    

                                                                              
Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai anti infeksi.
Sikat membersihkan gigi dengan efektif. Spon atau swab menstimulasi dan membersihkan gigi dan mukosa.
Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur mulut.


Melubrikasi bibir
Mengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama membersihkan rongga mulut.,
Rongga mulut berisi mikroorganisme penginfeksi yang tinggi.
4. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan sekali pakai.
Mengurangi transmisi perpindahan mikroorganisme.
5. Meletakkan handuk kertas di atas meja tempat tidur dan atur peralatan. Menghidupkan  mesin pengisap dan hubungkan selang ke kateter pengisap.
Mencegah atas meja menjadi kotor. Peralatan yang dipersiapkan sebelumnya memastikan prosedur lancar dan aman.
6. Menarik tirai sekitar tempat tidur atau menutup pintu ruangan.
Memberikan privasi
7. Meninggikan tempat tidur pada tingkat horizontal tertinggi;menurunkan pagar tempat tidur.
Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera pada perawat dank lien.
8. Memindahkan klien mendekati sisi tempat tidur dan ke dekat perawat;memastikan kepala klien diputar ke arah matras.
Pengaturann posisi kepala yang sesuai mencegah aspirasi.
9. Meletakkan handuk di bawah wajah klien dan mangkok piala ginjal di bawah dagu.
Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor.
10. Secara hati-hati meretraksi gigi bagian atas dan bawah klien dengan spatel lidah yang berbantalan dengan memasukkan spatel dengan cepat tetapi lembut diantara geraham belakang. Masukkan saat klien rileks.
Mencegah klien dari menggigit jari dan menyediakan kemudahan ke rongga mulut.
11. Membersihkan mulut dengan menggunakan sikat atau spatel lidah yang dilembabkan dengan anti infeksi dan air. Meminta perawat kedua mengisap sekresi yang mengumpul selama pembersihan. Membersihkan permukaan mengunyah dan bagian dalam pertama kali. Membersihkan permukaan luar gigi. Menusapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara lembut mengusap atau menyikat lidah tetapi hindari menstimulasi reflex muntah(jika ada). Melembabkan lidi kapas yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas beberapa kali, mengisap semua sekresi yang tersisa.

Tindakan penggosokkan mengangkat partikel makanan diantara gigi dan sepanjang permukaan pengunyahan. Pengusapan membantu pengangkatan sekresi dan enkrustasi dari mukosa dan melembabkan mukosa. Suksion mengangkat sekresi dan cairan yang berkumpul pada faring posterior. Pengulangan pembilasan mengangkat kotoran yang terlepas dan peroksida yang mengiritasi mukosa.
12. Memberikan jeli larut air pada bibir.
Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan retak.
13Menjelaskan bahwa prosedur telah selesai
Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien yang tidak sadar atau kurang responsive.
14 Melepaskan sarung tangan dan letakkan pada tempat yang sesuai.
Mencegah transmisi muikroorganisme.
15. Mengatur kembali kembali posisi klien yang nyaman, naikkan penghalang tempat tidur, dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula.
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
16. Membersihkan peralatan dan kembalikan pada tempatnya yang sesuai. Letakkan linen kotor ke dalam tempat yang sesuai.
Pembuangan peralatan kotor yang tepat mencegah tranmisi infeksi.
17.Mencuci tangan.
Mengurangi tranmisi mikroorganisme.
18. Menginspeksi rongga mulut.
Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat inflamasi atau lesi dibawahnya.
19. Mencatat prosedur, termasuk observasi yang berhubungan (mis. Perdarahan gusi, mukosa kering, ulserasi, atau krusta pada lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak umum kepada perawat penanggung jawab atau dokter.
Mencatat respons klien terhadap terapi keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan masalah sistemik yang lebih serius. Lesi rongga mulut mungkin menjadi kanker.

Melakukan Implementasi Perawatan mulut untuk klien menggunakan gigi palsu
Langkah
Rasional
1. Menanyakan kepada klien apakah gigi palsunya tidak pas dan apakah ada gilisah atau membrane mukosa yang nyeri atau iritasi. Setelah gigi palsu dilepas, menginspeksi rongga mulut dan permukaan gigi palsu.
Gigi palsu yang tidak pas bergesekan dengan gusi, dan membrane mukosa. Daerah iritasi mungkin memerlukan perawatan khusus.
2. Menjelaskan prosedur dan pastikan klien bahwa akan menggunakan praktik pilihan pribadi(jika sesuai).
Meningkatkan pemahaman dan kerjasama klien.
3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan :
a. Sikat gigi berbulu lembut
b. Sikat gigi untuk gigi palsu
c. Mangkok piala ginjal atau westafel
d. Detrifikasi gigi palsu atau  pasta gigi
e. Gelas air (untuk air hangat dan dingin)
f. Kasa tunggal 4x4
g. Waslap
h. Cangkir plastic gigi palsu
i. Sarung tangan sekali pakai


Digunakan untuk menggosok gusi dan lidah.



Digunakan untuk mengangkat gigi palsu.



Mencegah kontak dengan mikroorganisme di dalam saliva.
4. Mencuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
5. Mangatur bahan-bahan di meja tempat tidur atau dekat wastafel.
Menjamin prosedur lancar dan terorganisir.
6. Mengisi mangkok piala ginjal setengah penuh dengan air biasa atau meletakkan waslap pada wastafel dan menyalakan air sampai terisi kurang lebih 2,5 cm.
Membantu mendistribusi dentrifikasi di atas permukaan gigi palsu. Kain melindungi gigi palsu menjadi patah. Air panas menyebabkan gigi palsu menjadi melengkung atau lunak.

7. Mengenakan sarung tangan sekali pakai.
Mengurangi transmisi infeksi.
8. Meminta klien untuk melepas gigi palsu dan letakkan gigi pada mangkok piala ginjal. Meletakkan gigi palsu mangkok.
Kassa mencegah tergelincir secara tidak sengaja saat menangani gigi palsu. Permutaran gigi palsu pada sudut mengurangi penarikan bibir selama pelepasan gigi.
9. Menggunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu. Memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gerakan kebelakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan penggigit. memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit gigi untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar. memegang sikat secara vertical dan menggunakan gosokan pendek untuk membersihkan permukaan dalam gigi. memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan bawah gigi palsu.
Mencegah makanan dan bakteri yang menumpuk pada permukaan gigi palsu dan mencegah baud an terbentuknya noda. Memegang gigi palsu dekat dengan air mengurangi peluangretak karena air akan mencegah keluar jika gigi palsu tergelincir.
10. Membilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa.
Air hangat bercampur dan membilas dentrifikasi lebih efektif dari pada air dingin.
11. Mengembalikan gigi palsu pada pasien atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir plastic.
Penyimpanan melindungi gigi palsu tetap lembab untuk memudahkan saat pemasukan. Gigi palsu plastic menjadi rapuh dan melengkung jika tidak dipertahankan untuk tetap lembab.
12. kosongkan mangkok piala ginjal dan tambahkan air dingin yang segar. Berikan pasta gigi pada sikat gigi lembut, dan sikat gusi dan langit-langit, dan lidah dengan lembut.
Membantu menstimulasi sirkulasi gusi dan mengangkat sisa-sisa lapisan kotoran gusi dan mukosa.
13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti.
Berkumur mengangkat semua partikel makanan dan sekresi.
14. Memasukkan kembali gigi palsu Mulai dengan lembut memasukkan gigi palsu sebelah atas yang lembab. Meminta klien untuk menggunakan jari untuk menekan gigi palsu melekat pada tempatnya, dan kemudian masukkan gigi palsu sebelah bawah yang lembab.
Bagian terbesar dari gigi palsu sebelah atas lebih mudah untuk dimasukkan pertama kali jika klien mempunyai poringan sebelah atas dan bawah. Pelembaban melubrikasikan gigi palsu agar mempermudah insersi. Penggunaan tekanan yang lembut pada gigi palsu sebelah atas memperkuatnya menempel pada langit-langit.
15. Membuang sarung tangan pada tempat yang sesuai dan simpan bahan-bahan. mencuci tangan.
Mengontrol penyebaran infeksi.
16. Menanyakan klien jika gigi palsu terasa nyaman atau tidak.
Pembersihan mengangkat sumber iritasi.
17. Mencatat prosedur pada flowsheet atau catatan perawat.
Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu mempertahankan keakuratan catatan klien.


E.     EVALUASI
            Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak terlihat dalam beberapa hari. Pembersihan yang berulang-ulang seringkali diperlukan untuk mengangkat enkrustasi tebal pada lidah dan memperbaiki hidrasi mukosa yang normal. Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi untuk memelihara integritas mukosa.Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi. Hal ini memerlukan beberapa minggu dari hiegine yang teliti untuk mengurangi kejadian karies gigi.
Contoh evaluasi intervensi untuk masalah hygiene mulut
Tujuan
Tindakan Evaluatif
Hasil yang Diharapkan
Klien akan memiliki mukosa mulut utuh dan terhidrasi baik saat pulang
Inspeksi kondisi lidah, gusi, dan garis pipi.
Observasi kondisi bibir
Inspeksi permukaan gigi
Mukosa, lidah, dan bibir akan menjadi lembab, merah, muda, dan utuh.
Inflamasi, krusta, lesi dan kotoraan yang keras akan tetap tidak ada.
Gigi bebas dari partikel makanan dan plak.
Klien akan melakukan perawatan hygiene mulut secara mandiri dengan benar
Observasi pernampilan klien saat menyikat gigi, flossing, dan perawatan gigi palsu.
Minta klien untuk menjelaskan teknik hygiene mulut.
Teknik hygiene mulut akan didemonstrasikan dengan tepat.
Klien akan menjelaskan langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggosokkan, flossing, atau perawatan gigi palsu dengan tepat.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Proses keperawatan pada oral hygiene membantu klien dalam menghadapi masalah mulut selain itu juga dapat membantu perawat dalam mengetahui masalah mulut yang umum. Pengkajian perawat tentang mulut termasuk dalam perawatan terhadap bibir, gigi, mucosa buccal, gusi, langit-langit dan ,lidah klien. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yang meradang, gigi yang hitam, karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Hygiene mulut membantu memperthankan kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir.
            Tahap-tahap dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi memegang peranan yang penting agar tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien terstruktur dengan baik agar tujuan keperawatan tercapai sehingga mendatangkan kepuasan pada klien. 
            Hygiene mulut dapat dilakukan dengan cara :
§  Menggosok gigi
§  Hygiene mulut khusus bagi klien yang tidak sadar
§  Menggunakan flourida
§  Flossing
§  Perawatan gigi palsu
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan oral hygiene.


DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.                        Terjemahan oleh Komalasari, Renata dkk. Dari Fundamental of Nursing:                  Concept, Process,          and Practice. Jakarta: EGC.
Wikinson, Judith. M. 2007. Buku Ajar Diagnosis Keperawatan. Terjemahan oleh Widyawati                   dkk. dari Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes.            Jakarta: EGC.



angit-langit dan lidah klien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar